Mengatur keuangan keluarga sering kali dianggap rumit. Padahal, dengan strategi yang tepat, perencanaan finansial bisa menjadi jalan menuju hidup yang lebih tenang, bebas stres, dan siap menghadapi masa depan.
Perencanaan keuangan keluarga bukan hanya soal menabung, tapi tentang bagaimana setiap rupiah dialokasikan untuk kebutuhan, keinginan, dan tujuan jangka panjang. Artikel ini akan membahas tips praktis, strategi pengelolaan, serta contoh tabel perencanaan keuangan keluarga yang bisa langsung kamu terapkan.
Baca juga: Dana Pensiun: Apa Itu, Kenapa Penting, serta Kapan Harus Mulai Menyiapkannya?
Mengapa Perencanaan Keuangan Keluarga Itu Penting?
Banyak keluarga mengalami kesulitan keuangan bukan karena kurangnya penghasilan, melainkan karena kurangnya perencanaan. Tanpa strategi yang jelas, uang bisa habis untuk hal konsumtif dan kebutuhan penting jadi terabaikan.
Dengan pengelolaan keuangan keluarga yang sehat, kamu akan mendapatkan manfaat berikut:
- Kontrol lebih baik atas pengeluaran. Tidak ada lagi “uang habis di tengah bulan” tanpa tahu ke mana perginya.
- Kesiapan menghadapi darurat. Mulai dari biaya kesehatan mendadak hingga kehilangan pekerjaan.
- Fokus pada tujuan jangka panjang. Seperti biaya pendidikan anak, cicilan rumah, atau dana pensiun.
- Mengurangi konflik rumah tangga. Keuangan yang rapi membantu menjaga keharmonisan.
Tips Membuat Perencanaan Keuangan Keluarga
Agar rencana finansialmu efektif, berikut langkah-langkah yang bisa kamu terapkan:
1. Catat Semua Arus Kas
Buat catatan detail mengenai seluruh pemasukan (gaji, bonus, usaha sampingan) dan pengeluaran (kebutuhan rumah tangga, cicilan, gaya hidup). Catatan ini akan menjadi pondasi dalam pengelolaan keuangan keluarga.
2. Terapkan Aturan Persentase
Metode populer adalah 50/30/20 Rule, tapi bisa disesuaikan:
- 50% kebutuhan pokok: makan, transportasi, cicilan rumah.
- 30% keinginan: liburan, belanja non-esensial.
- 20% tabungan & investasi: dana pensiun, pendidikan anak.
Jika penghasilan terbatas, kamu bisa memulai dari 10% tabungan, lalu meningkat secara bertahap.
Baca juga: Menabung vs Investasi: Mana yang Harus Didahulukan untuk Masa Depan?
3. Prioritaskan Dana Darurat
Sediakan minimal 3-6 kali pengeluaran bulanan. Dengan adanya dana ini, keluarga lebih aman menghadapi risiko tanpa perlu berutang.
4. Rencanakan Cicilan dengan Bijak
Jangan biarkan cicilan menggerus penghasilan. Idealnya, total cicilan tidak lebih dari 30% dari penghasilan bulanan.
5. Gunakan Alat Bantu Finansial
Selain spreadsheet atau aplikasi, gunakan fasilitas finansial modern seperti Skorcard. Dengan Skorcard, kamu bisa:
- Memantau transaksi kartu kredit dengan rapi.
- Mengatur cashflow keluarga lebih praktis.
- Mendapatkan Skorpoint untuk reward tambahan.
- Mengakses program KrisFlyer untuk kumpulkan miles perjalanan.

Contoh Tabel Perencanaan Keuangan Keluarga
Tabel Penghasilan Keuangan Keluarga
Langkah pertama adalah membuat daftar penghasilan keluarga. Misalnya, sebuah keluarga dengan dua anak sekolah, suami istri bekerja, dan ada penghasilan tambahan dari usaha sampingan.
Sumber Penghasilan | Nominal |
Gaji Suami | Rp9.000.000 |
Gaji Istri | Rp6.500.000 |
Usaha Online | Rp3.000.000 |
Freelance Proyek | Rp2.000.000 |
Total Penghasilan | Rp20.500.000 |
Tabel Pengeluaran Keuangan Keluarga
Setelah mengetahui jumlah penghasilan, langkah berikutnya adalah mencatat pengeluaran rutin bulanan. Berikut contoh tabel perencanaan keuangan keluarga untuk kasus di atas:
Kebutuhan/Pengeluaran | Nominal |
Cicilan Rumah | Rp3.200.000 |
Cicilan Kendaraan | Rp2.000.000 |
Biaya Sekolah Anak (2) | Rp2.400.000 |
Belanja Dapur | Rp1.800.000 |
Belanja Rumah Tangga | Rp900.000 |
Iuran Lingkungan | Rp150.000 |
Tagihan Listrik | Rp800.000 |
Tagihan Air | Rp350.000 |
Internet & Pulsa | Rp500.000 |
Transportasi | Rp600.000 |
Uang Jajan Anak (2) | Rp700.000 |
Lifestyle Keluarga | Rp2.500.000 |
Lifestyle Suami | Rp1.000.000 |
Lifestyle Istri | Rp1.000.000 |
Dana Darurat | Rp1.500.000 |
Total Pengeluaran | Rp19.400.000 |
Simulasi Keuangan Rumah Tangga
Dari tabel di atas, kondisi keuangan keluarga bisa dilihat dengan jelas:
- Total Penghasilan: Rp20.500.000
- Total Pengeluaran: Rp19.400.000
- Sisa Penghasilan: Rp1.100.000
Sisa Rp1.100.000 ini bisa dialokasikan untuk:
- Investasi reksadana atau emas: Rp500 ribu
- Tabungan jangka pendek (liburan/renovasi rumah): Rp400 ribu
- Dana sosial atau fleksibilitas: Rp200 ribu

Kesalahan Umum dalam Pengelolaan Keuangan Keluarga
Meski sudah membuat perencanaan keuangan keluarga, masih banyak yang terjebak pada kebiasaan salah dalam mengatur uang. Jika dibiarkan, kesalahan ini bisa merusak cashflow dan menghambat tercapainya tujuan finansial. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari:
1. Menggunakan Tabungan Darurat untuk Belanja Konsumtif
Dana darurat seharusnya hanya digunakan saat kondisi mendesak, misalnya biaya rumah sakit atau kehilangan penghasilan. Sayangnya, banyak keluarga yang “mengintip” tabungan ini untuk belanja barang diskon, liburan, atau kebutuhan yang sebenarnya tidak mendesak. Akibatnya, saat situasi darurat datang, dana tidak tersedia dan keluarga terpaksa berutang.
2. Tidak Mencatat Pengeluaran Kecil
Secangkir kopi harian, ongkos parkir, atau jajan online mungkin terlihat sepele. Tapi jika dijumlahkan, pengeluaran kecil ini bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah per bulan. Tanpa pencatatan detail, sulit mengetahui ke mana uang pergi, sehingga pengelolaan keuangan keluarga jadi bocor halus tanpa terasa.
3. Bergantung pada Utang untuk Kebutuhan Pokok
Utang idealnya digunakan untuk aset produktif, bukan kebutuhan sehari-hari. Jika kebutuhan pokok seperti makan atau biaya sekolah sudah bergantung pada kartu kredit atau pinjaman online, itu tanda keuangan keluarga tidak sehat. Situasi ini bisa berbahaya karena menimbulkan beban bunga dan cicilan yang semakin menumpuk.
4. Menunda Investasi dengan Alasan “Nanti Kalau Gaji Naik”
Banyak orang berpikir investasi hanya bisa dilakukan setelah penghasilan besar. Padahal, semakin dini mulai, semakin ringan beban di masa depan berkat efek compounding. Menunda investasi hanya akan membuat waktu terbuang, sementara kebutuhan jangka panjang seperti pendidikan anak atau pensiun tetap harus dipenuhi.

Pentingnya Dana Lifestyle yang Terkendali
Dana lifestyle memang penting untuk menjaga keseimbangan hidup. Namun, jika tidak direncanakan, pos ini bisa membuat pengelolaan keuangan keluarga berantakan.
- Lifestyle Individu: misalnya hobi suami membeli peralatan olahraga, atau istri untuk perawatan diri.
- Lifestyle Keluarga: makan bersama di luar, liburan, hingga aktivitas rekreasi anak.
Dengan menganggarkan secara jelas, keluarga tetap bisa menikmati hiburan tanpa takut mengganggu cash flow utama.
Strategi Agar Keuangan Keluarga Lebih Sehat
- Otomatisasi Tabungan: sisihkan tabungan di awal, bukan dari sisa.
- Batasi Cicilan: idealnya tidak lebih dari 30% penghasilan.
- Update Perencanaan: sesuaikan tabel setiap 6 bulan atau saat kondisi berubah.
- Manfaatkan Alat Finansial Modern: gunakan Skorcard untuk memantau transaksi keluarga. Selain lebih mudah mengatur cashflow, Skorcard juga memberikan benefit seperti Skorpoint dan program KrisFlyer yang bisa ditukar dengan tiket perjalanan.
Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Tabungan Berjangka: Worth It Nggak?
Mulai dari Tabel Sederhana, Nikmati Hidup Lebih Terencana
Membuat perencanaan keuangan keluarga tidak harus rumit. Dengan mencatat penghasilan dan pengeluaran secara detail, kamu bisa menemukan celah untuk menabung, berinvestasi, bahkan tetap menikmati gaya hidup.
Gunakan contoh tabel perencanaan keuangan keluarga di atas sebagai panduan awal, lalu sesuaikan dengan kebutuhanmu. Untuk mempermudah pencatatan transaksi sekaligus mendapatkan keuntungan ekstra, coba gunakan Skorcard. Dengan begitu, setiap rupiah yang kamu keluarkan bukan hanya tercatat, tapi juga bisa memberi manfaat tambahan.
Leave a Reply