pengertian dan rumus LDR atau Loan to Deposit Ratio

Loan to Deposit Ratio (LDR): Pengertian, Komponen, Rumus, Contoh, dan Cara Membaca

Ketika kamu membaca laporan keuangan bank, salah satu rasio yang sering muncul dan wajib dimengerti adalah Loan to Deposit Ratio atau LDR. Banyak analis perbankan memakai indikator ini karena memberikan gambaran cepat tentang likuiditas bank serta seberapa agresif bank menyalurkan kredit.

Secara umum, LDR bank adalah tolok ukur penting untuk mengetahui apakah bank punya kecukupan dana dalam menjalankan aktivitas penyaluran pinjaman. Semakin matang kamu memahami LDR dan rumus LDR, semakin mudah kamu menilai stabilitas sebuah bank, baik untuk kebutuhan research, kerja di industri finansial, maupun sekadar meningkatkan literasi keuangan pribadi.

Mari kita bahas secara detail, dari konsep dasar sampai cara membacanya dengan benar.

Baca juga: Memahami Apa Kelebihan dan Kekurangan Menabung di Bank

Apa Itu Loan to Deposit Ratio (LDR)?

Secara konsep, Loan to Deposit Ratio atau LDR bank adalah perbandingan antara jumlah kredit yang disalurkan bank dengan total dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat. Rasio ini memberikan gambaran apakah bank terlalu agresif, terlalu konservatif, atau berada di level likuiditas yang sehat.

Dana pihak ketiga mencakup:

  • Giro
  • Tabungan
  • Deposito

Sementara penghitungan kredit mencakup seluruh pinjaman yang sudah diberikan dan masih outstanding.

Regulator seperti Bank Indonesia menggunakan LDR sebagai indikator utama kesehatan bank, karena rasio ini sangat dekat kaitannya dengan kemampuan bank memenuhi kewajiban jangka pendek. Itulah sebabnya rumus LDR sering muncul dalam laporan tahunan, paparan publik, hingga materi manajemen risiko perbankan.

perbedaan utang produktif dan konsumtif
Sumber gambar: Freepik

Mengapa LDR Begitu Penting dalam Dunia Perbankan?

Keputusan bank untuk menyalurkan kredit tidak hanya soal potensi keuntungan, tapi juga soal menjaga likuiditas. Di sinilah fungsi LDR jadi sangat vital.

LDR bank adalah indikator untuk membantu:

  • Mengukur efisiensi penyaluran kredit berdasarkan dana tersedia.
  • Memastikan bank tidak over-lending hingga menghadapi risiko kekurangan likuiditas.
  • Menilai kemampuan bank dalam mengelola dana publik yang dikumpulkan.
  • Mengestimasi stabilitas bank, terlebih saat kondisi ekonomi sedang tidak menentu.

Rasio ini juga sering dianalisis bersamaan dengan parameter lain seperti Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), ataupun Liquidity Coverage Ratio (LCR).

Baca juga: Perbedaan Bank Konvesional dan Bank Syariah: Mana Pilihanmu?

Komponen Utama LDR

Agar kamu tidak hanya menghafal rumus LDR, mari pahami dua komponen inti berikut:

1. Total Kredit

Merupakan total pembiayaan yang sudah disalurkan bank ke sektor-sektor ekonomi: konsumtif, investasi, produktif, modal kerja, dan lainnya. Nilainya selalu berubah seiring pelunasan serta penyaluran baru.

2. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Ini adalah sumber likuiditas utama bank, terdiri dari:

  • Giro: paling likuid, digunakan untuk transaksi harian.
  • Tabungan: fleksibel dengan bunga lebih rendah.
  • Deposito: simpanan berjangka dengan bunga lebih tinggi.

DPK menjadi indikator kepercayaan masyarakat terhadap bank, dan menjadi basis utama untuk menghitung rumus LDR.

perbedaan bank konvensional dan bank syariah -
Sumber gambar: Freepik

Rumus LDR yang Digunakan Bank

Inilah rumus LDR (Loan to Deposit Ratio) secara umum:

LDR = (Total Kredit / Dana Pihak Ketiga) × 100%

Contoh kasus sederhana:

  • Kredit disalurkan: Rp500 miliar
  • DPK terkumpul: Rp650 miliar

Perhitungan: LDR = (500/650) × 100% = 76,9%

Interpretasinya: bank cukup sehat dari sisi likuiditas dan masih punya ruang untuk menambah penyaluran kredit.

Beberapa dokumen publik Bank Indonesia juga menegaskan bahwa rasio likuiditas ini menjadi salah satu parameter dalam penilaian tingkat kesehatan bank secara kuantitatif.

Baca juga: Cara Menghitung Bunga Bank: Rumus, Contoh, dan Tips Praktis

Bagaimana Cara Membaca LDR?

Memahami angka LDR jauh lebih penting daripada menghafal rumus LDR. Berikut panduan bacanya:

1. LDR Rendah (di bawah 78 persen)

Bank cenderung konservatif. Likuiditas sangat aman, tapi penyaluran kredit bisa dianggap kurang optimal karena terlalu banyak dana menganggur.

2. LDR Ideal (78-92 persen)

Berdasarkan praktik industri, rentang ini menunjukkan keseimbangan sehat antara penyaluran kredit serta dana yang tersedia. Di titik ini, bank tidak terlalu agresif tapi tetap efisien.

3. LDR Tinggi (di atas 92 persen)

Bank dianggap agresif meminjamkan uang. Risiko likuiditas meningkat, karena dana simpanan tidak mencukupi jika ada lonjakan penarikan dana oleh nasabah.

Dalam konteks manajemen risiko, LDR bank adalah sinyal awal apakah bank perlu menambah likuiditas atau memperlambat ekspansi kredit.

pengertian dan rumus LDR atau Loan to Deposit Ratio
Sumber gambar: Freepik

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi LDR

Selain model bisnis bank, ada berbagai faktor yang mempengaruhi naik turunnya LDR:

  • Kondisi ekonomi makro: saat ekonomi tumbuh, permintaan kredit biasanya meningkat.
  • Tingkat suku bunga: bunga tinggi membuat kredit lebih mahal sehingga permintaan turun.
  • Kepercayaan masyarakat terhadap bank: mempengaruhi besarnya DPK.
  • Kebijakan regulator: BI dapat mengeluarkan aturan terkait likuiditas minimum.

Baca juga: Perbedaan Tabungan dan Investasi: Mana yang Lebih Menguntungkan?

LDR dalam Praktik: Studi Kasus Singkat

Bayangkan sebuah bank menargetkan ekspansi kredit besar-besaran di sektor UMKM. Jika DPK-nya meningkat signifikan karena kampanye deposito, LDR akan tetap stabil walaupun kredit naik.

Namun, jika DPK stagnan tapi kredit melonjak cepat, rumus LDR akan menunjukkan peningkatan signifikan, dan bank berisiko mengalami tekanan likuiditas.

Banyak bank menggunakan skenario seperti ini untuk memetakan strategi pendanaan dan meminimalkan risiko.

Pentingnya Memahami LDR untuk Keuangan Pribadi

Kamu mungkin kepikiran, bagaimana rasio bank seperti LDR relevan buat kehidupan pribadi? Sederhana: bank yang sehat operasionalnya cenderung memberikan layanan stabil, bunga kompetitif, serta risiko lebih rendah.

Jika kamu sering menggunakan produk kredit, seperti kartu kredit, pinjaman pribadi, atau cicilan. memilih bank yang sehat bisa membuat pengalamanmu jauh lebih nyaman.

Untuk membantu kamu mengelola kredit, menjaga pengeluaran, sekaligus mengoptimalkan skor kredit, kamu bisa memanfaatkan kartu kredit Skorcard. Semua aktivitas keuanganmu lebih mudah dipantau, kamu dapat Skorpoint, hingga kesempatan menukar poin jadi KrisFlyer. Ini memudahkan kamu menjaga kesehatan finansial di sisi personal, sebagaimana bank menjaga kesehatan likuiditasnya.

Baca juga: Tips Mengatasi Overspending: Penyebab & Solusinya

Kesimpulan

Pada dasarnya, Loan to Deposit Ratio atau LDR bank adalah rasio fundamental yang menunjukkan perbandingan antara dana yang dihimpun bank dan dana yang disalurkan sebagai kredit. Memahami indikator ini membuat kamu lebih cerdas membaca laporan bank serta menilai stabilitas perbankan. Dengan menguasai konsep dan rumus LDR, kamu bisa menilai kondisi bank secara lebih objektif sekaligus akurat.

Untuk urusan keuangan pribadi, tingkatkan juga kontrolmu dengan menggunakan kartu kredit Skorcard untuk memudahkanmu mengatur kredit dan menikmati berbagai reward menarik.


FAQ Seputar Loan to Deposit Ratio (LDR)

  1. Apa yang dimaksud Loan to Deposit Ratio?

LDR adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara kredit yang disalurkan bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan. Rasio ini membantu melihat seberapa aktif bank memutar dana simpanan menjadi pinjaman produktif.

  1. Apa tujuan utama rasio LDR?

Tujuannya untuk menilai kesehatan likuiditas bank sekaligus melihat efektivitas bank dalam memanfaatkan DPK. Dengan kata lain, LDR memberi gambaran apakah bank sudah menyalurkan kredit secara optimal tanpa mengorbankan kestabilan likuiditas.

  1. Berapa nilai ideal LDR bagi bank?

Umumnya berada di kisaran 78-92 persen menurut standar industri dan acuan regulator. Di rentang ini, bank dinilai cukup seimbang dalam menyalurkan kredit sambil tetap menjaga cadangan likuiditas secara memadai.

  1. Apakah LDR bisa menjadi indikator risiko bank?

Ya, LDR bank adalah salah satu sinyal dini risiko likuiditas. Jika nilainya terlalu tinggi, bank mungkin harus bekerja lebih keras memenuhi kewajiban penarikan dana. Sebaliknya, jika terlalu rendah, bank bisa dianggap kurang produktif.

  1. Bagaimana cara menghitung LDR?

Gunakan rumus LDR: total kredit dibagi total DPK lalu dikali 100 persen. Perhitungan ini membuat kamu bisa cepat menilai apakah bank berada dalam kondisi likuid, agresif, atau terlalu konservatif.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *