Impulsive Buying

Impulsive Buying: Mengenali Ciri, Memahami Penyebab, dan Cara Mengendalikannya untuk Keuangan yang Lebih Sehat

Pernahkah kamu tiba-tiba membeli sesuatu tidak kamu rencanakan sebelumnya? Atau mungkin kamu sering tergoda untuk checkout keranjang belanja online hanya karena melihat diskon menarik? Jika iya, kemungkinan besar kamu sedang mengalami fenomena impulsive buying.

Fenomena pembelian spontan ini semakin umum terjadi di era digital saat ini. Berdasarkan survei YouGov dilakukan pada September 2024 terhadap 2.136 responden di Indonesia, tercatat 12% konsumen Indonesia cenderung impulsif dalam berbelanja. Karakteristik konsumen impulsif ini menggambarkan mereka sering membuat keputusan pembelian secara spontan tanpa perencanaan sebelumnya.

Baca juga: Hedon vs Healing: Beda Tipis Tapi Dampaknya Bisa Jauh di Kantong

Apa Itu Impulsive Buying?

Impulsive buying atau pembelian impulsif adalah perilaku membeli barang atau jasa secara tiba-tiba tanpa perencanaan matang sebelumnya. Belanja tidak terencana terjadi ketika emosi, perasaan, serta sikap memainkan peran menentukan dalam pembelian, dipicu dengan melihat produk atau setelah terpapar dengan pesan promosi dibuat dengan baik.

Berbeda dengan perilaku konsumtif berarti mengonsumsi barang atau jasa secara berlebihan, pembelian spontan ini lebih didorong oleh keinginan sesaat serta tanpa pertimbangan mendalam. Keputusan pembelian ini biasanya diambil dengan cepat serta didorong oleh dorongan emosional kuat.

impulsive buying
Sumber gambar: Freepik

Ciri-Ciri Utama Perilaku Impulsive Buying

Untuk mengenali apakah kamu memiliki kecenderungan berbelanja impulsif, berikut adalah beberapa ciri-ciri perlu diwaspadai:

1. Pembelian Tanpa Rencana

Pembelian dilakukan tanpa adanya rencana atau daftar belanja sebelumnya. Barang atau jasa dibeli sering kali tidak ada dalam daftar kebutuhan sehari-hari. Kamu mungkin awalnya berniat membeli satu item tertentu, tetapi berakhir membeli banyak barang lain tidak direncanakan.

2. Keputusan Cepat Tanpa Pertimbangan

Keputusan untuk membeli barang diambil dengan cepat serta tanpa pertimbangan matang. Biasanya, keputusan ini didorong oleh dorongan sesaat, atau berkedok self reward. Kamu tidak sempat memikirkan apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau sesuai dengan anggaran.

3. Mencari Kepuasan Instan

Ketika merasa jenuh, bosan, atau stres, kamu langsung mencari pelarian melalui aktivitas berbelanja. Shopping dijadikan sebagai cara untuk mendapatkan kepuasan sesaat ataupun melepaskan emosi negatif.

4. Berbelanja Berlebihan dengan Dalih Self-Reward

Kamu sering membeli barang dengan alasan hadiah untuk diri sendiri, meskipun frekuensinya berlebihan serta tidak sesuai dengan pencapaian diraih.

Impulsive Buying
Sumber gambar: Freepik

Faktor-Faktor Penyebab Belanja Impulsif

Memahami apa memicu perilaku konsumsi impulsif sangat penting untuk mengendalikannya. Berikut adalah berbagai faktor dapat menyebabkan impulsive buying:

Strategi Pemasaran Agresif

Faktor paling sering memicu perilaku impulsive buying karena strategi marketing produk tersebut. Untuk menarik perhatian konsumen, tim marketing berstrategi memberikan diskon, cashback, serta promo lainnya. Penawaran terbatas, flash sale, ataupun program “buy now pay later” seringkali menciptakan urgensi palsu mendorong pembelian impulsif.

Pengaruh Emosi dan Psikologis

Seringkali, perasaan seperti kebahagiaan, kesedihan, atau stres dapat memicu impulsive buying. Membeli sesuatu dapat memberikan kepuasan sementara serta mengalihkan perhatian dari emosi negatif. Kondisi psikologis tidak stabil membuat seseorang lebih mudah tergoda untuk berbelanja sebagai bentuk pelarian.

Tekanan Sosial serta FOMO

Dorongan gengsi atau FOMO untuk membeli barang atau jasa tertentu karena sedang tren di masyarakat. Terkadang, pembelian spontan bertujuan untuk membuat citra diri sendiri serta popularitas di tengah pertemanan. Media sosial juga berperan besar dalam mempengaruhi perilaku ini melalui konten influencer ataupun testimoni pengguna lain.

Kemudahan Akses Digital

Perkembangan teknologi e-commerce serta payment gateway membuat proses berbelanja menjadi sangat mudah. Hanya dengan beberapa klik di smartphone, transaksi sudah selesai. Indonesia memiliki sekitar 212.9 juta pengguna internet pada awal 2023, dengan pertumbuhan internet penetration mencapai 77% dari total populasi, membuka peluang lebih besar untuk belanja tidak terencana online.

Pengertian Sandwich Generation
Sumber gambar: Freepik

Dampak Negatif Perilaku Pembelian Impulsif

Jika dibiarkan terus-menerus, kebiasaan berbelanja tanpa rencana ini dapat menimbulkan berbagai dampak negatif:

Gangguan Kesehatan Finansial

Consumer confidence di Indonesia mengalami penurunan, dengan persentase mereka menabung serta merasa aman secara finansial turun dari 26% pada pertengahan 2023 menjadi hanya 13% pada pertengahan 2024. Pembelian spontan dapat memperburuk kondisi ini dengan menguras tabungan serta mengganggu alokasi anggaran untuk kebutuhan prioritas.

Tumpukan Barang Tidak Terpakai

Barang-barang dibeli secara impulsif sering kali hanya digunakan sekali atau bahkan tidak pernah digunakan sama sekali. Hal ini menyebabkan penumpukan barang di rumah serta pemborosan tidak perlu.

Rasa Penyesalan dan Stres Finansial

Setelah euforia berbelanja mereda, seringkali muncul rasa penyesalan karena menyadari bahwa konsumsi impulsif tersebut tidak diperlukan. Kondisi ini dapat menimbulkan stres finansial berkelanjutan.

Hedon vs Healing
Sumber gambar: Freepik

Strategi Efektif Mengatasi Impulsive Buying

Mengendalikan perilaku belanja tidak terencana membutuhkan strategi terencana serta konsistensi dalam menerapkannya:

1. Buat Daftar Belanja dan Anggaran Ketat

Sebelum berbelanja, buatlah daftar kebutuhan spesifik beserta alokasi anggarannya. Patuhi daftar tersebut serta hindari menambah item lain tidak termasuk dalam rencana awal.

2. Terapkan Aturan “Tunggu 24 Jam”

Ketika tergoda untuk membeli sesuatu secara spontan, berikan jeda waktu minimal 24 jam sebelum memutuskan. Periode ini memberikan kesempatan untuk berpikir lebih rasional tentang kebutuhan sesungguhnya.

3. Kelola Emosi dengan Aktivitas Alternatif

Alih-alih berbelanja ketika sedang stres atau sedih, carilah aktivitas alternatif lebih sehat seperti berolahraga, membaca, atau berkumpul dengan teman tanpa melibatkan aktivitas belanja.

4. Manfaatkan Teknologi Finansial untuk Tracking

Untuk membantu mengelola pengeluaran dengan lebih sistematis, kamu bisa memanfaatkan Mayapada Skorcard, kartu kredit dirancang khusus untuk membantu tracking pengeluaran sekaligus memberikan value tambahan melalui sistem reward Skorpoint. Dengan fitur gamifikasi tersedia, kamu dapat mengubah kebiasaan berbelanja menjadi lebih terencana sambil mendapatkan benefit berupa KrisFlyer Miles.

5. Batasi Akses ke Platform Belanja Online

Hapus aplikasi belanja online dari smartphone atau logout dari akun untuk mengurangi godaan berbelanja spontan. Jika memang perlu berbelanja online, akseslah melalui browser dengan proses login lebih panjang.

Frugal Living
Sumber gambar; Freepik

Tips Membangun Kebiasaan Menabung dan Investasi

Mengarahkan fokus dari konsumsi impulsif menuju kebiasaan menabung serta investasi merupakan langkah penting untuk kesehatan finansial jangka panjang:

Prioritaskan Dana Darurat

Sisihkan minimal 3-6 bulan pengeluaran untuk dana darurat sebelum mengalokasikan uang untuk pembelian tidak mendesak. Dana darurat ini akan memberikan rasa aman finansial serta mengurangi kecenderungan untuk impulsive buying.

Mulai Investasi Bertahap

Mulailah berinvestasi dengan nominal kecil namun konsisten. Hal ini akan membantu mengalihkan fokus dari konsumsi sesaat menuju pembentukan kekayaan jangka panjang.

Otomatisasi Tabungan

Atur transfer otomatis dari rekening utama ke rekening tabungan setiap kali menerima gaji. Dengan cara ini, uang untuk menabung sudah dialokasikan terlebih dahulu sebelum tergoda untuk digunakan berbelanja.

Sebagai tambahan untuk memantau kondisi finansial secara menyeluruh, aplikasi Skorlife dapat membantu mengecek skor kredit serta riwayat keuangan secara real-time. Dengan pemantauan baik, kamu dapat lebih aware terhadap kondisi finansial serta menghindari keputusan merugikan.

Baca juga: 10 Tips Belanja Bulanan Hemat Tanpa Kehilangan Kualitas Hidup

Menciptakan Mindset Konsumen Bijak

Mengubah perilaku impulsive buying bukan hanya tentang menahan diri, tetapi juga tentang membangun mindset lebih bijak dalam berkonsumsi:

Fokus pada Value, Bukan Harga

Alih-alih tergoda oleh diskon besar, fokuslah pada value akan diberikan oleh barang tersebut dalam jangka panjang. Pertanyakan apakah pembelian spontan ini akan memberikan manfaat nyata untuk kehidupan sehari-hari.

Bedakan Antara Keinginan dan Kebutuhan

Latih diri untuk selalu membedakan antara keinginan serta kebutuhan sebelum melakukan pembelian. Prioritaskan kebutuhan pokok terlebih dahulu sebelum memenuhi keinginan.

Jadilah Konsumen Terencana

Buatlah rencana keuangan jelas dengan tujuan finansial spesifik. Setiap keputusan pembelian harus sejalan dengan rencana tersebut.

Baca juga: Utang Produktif vs Konsumtif: Kenali Perbedaannya!

Kesimpulan

Impulsive buying merupakan tantangan finansial semakin umum di era digital ini. Meskipun hanya 12% konsumen Indonesia mengidentifikasi diri sebagai impulse buyer, dampaknya terhadap kesehatan finansial bisa sangat signifikan jika tidak dikendalikan dengan baik.

Kunci utama mengatasi perilaku belanja tidak terencana adalah kesadaran akan ciri-ciri serta faktor pemicunya, diikuti dengan penerapan strategi pengendalian konsisten. Dengan mengarahkan fokus dari konsumsi sesaat menuju perencanaan finansial jangka panjang, kamu dapat membangun kebiasaan keuangan lebih sehat.

Ingatlah bahwa mengendalikan impulsive buying bukan berarti membatasi diri secara berlebihan, tetapi tentang membuat keputusan finansial lebih bijak serta terencana. Mulailah dari langkah kecil seperti membuat daftar belanja, menerapkan aturan tunggu 24 jam, serta memanfaatkan tools finansial tepat seperti Mayapada Skorcard untuk membantu tracking pengeluaran dengan lebih sistematis.

Dengan konsistensi serta komitmen, kamu dapat mengubah pola konsumsi impulsif menjadi kebiasaan finansial mendukung tujuan jangka panjang. Mulai hari ini, jadilah konsumen lebih bijak serta terencana untuk masa depan finansial lebih cerah.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *