Pengertian FOMO adalah

Apa Itu FOMO? Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya

FOMO adalah singkatan dari Fear of Missing Out. Istilah ini mengacu pada perasaan takut ketinggalan sesuatu yang dianggap penting, baik itu kesempatan, tren, atau pengalaman yang orang lain nikmati. Dalam dunia keuangan, FOMO sering membuat seseorang terburu-buru mengambil keputusan, seperti membeli aset investasi hanya karena sedang ramai dibicarakan, atau berbelanja barang tertentu agar tidak ketinggalan tren.

Fenomena ini bukan sekadar istilah gaul, tapi sudah banyak diteliti oleh psikolog. Sebuah studi dari Computers in Human Behavior menyebutkan bahwa FOMO dapat mempengaruhi emosi, perilaku konsumtif, hingga kesehatan mental. Jadi, penting untuk memahami apa itu FOMO, apa penyebabnya, bagaimana dampaknya, dan cara mengatasinya agar keuangan tetap sehat.

Baca juga: Frugal Living: Hidup Hemat Tanpa Pelit, Bisa Kok!

Apa itu FOMO Sebenarnya?

Secara sederhana, arti FOMO adalah rasa takut atau gelisah saat merasa orang lain sedang mengalami hal menyenangkan sementara kamu tidak ikut terlibat. Misalnya:

  • Temanmu posting liburan ke Jepang, kamu langsung merasa harus ikut traveling juga.
  • Grup kantor ramai membicarakan naiknya sebuah saham, kamu langsung ingin membeli meski belum riset.
  • Lihat diskon flash sale online shop, kamu buru-buru checkout barang tersebut tanpa mempertimbangkan apakah barang tersebut sebenarnya dibutuhkan atau tidak.

Fenomena FOMO adalah hasil dari kombinasi psikologi manusia yang ingin diakui secara sosial, ditambah akses informasi instan lewat internet.

Pengertian FOMO adalah

Penyebab FOMO

Ada beberapa pemicu kenapa FOMO muncul, terutama di era digital. Berikut penyebab FOMO paling umum:

1. Media Sosial

Platform seperti Instagram, TikTok, atau X (Twitter) sering menampilkan pencapaian orang lain dalam bentuk foto liburan, gaya hidup, atau keberhasilan investasi. Paparan ini bisa memunculkan rasa iri dan takut tertinggal.

2. Tekanan Lingkungan

Lingkaran sosial punya peran besar. Jika semua temanmu sedang gencar membicarakan tren tertentu, kamu bisa merasa perlu ikut agar tidak tersisih.

3. Kurangnya Literasi Keuangan

Tanpa pengetahuan yang cukup, keputusan keuangan lebih mudah dipengaruhi emosi. Orang dengan literasi finansial rendah rentan ikut-ikutan tanpa pertimbangan.

4. Budaya Konsumtif

Iklan dan promosi “limited offer” atau “flash sale” sengaja didesain untuk memicu FOMO. Konsumen sering kali termakan urgensi palsu yang diciptakan.

5. Kebutuhan Akan Validasi

Secara psikologis, manusia ingin diakui oleh lingkungannya. Membeli sesuatu karena FOMO bisa jadi cara untuk mencari pengakuan sosial, meski sebenarnya tidak sejalan dengan kondisi finansial.

Baca juga: Impulsive Buying: Ciri, Penyebab, dan Cara Mengendalikannya

Dampak FOMO pada Kehidupan dan Keuangan

FOMO adalah kondisi yang bisa berdampak luas, terutama pada kesehatan mental dan finansial. Berikut beberapa risikonya:

  1. Belanja Berlebihan
    Dorongan “takut ketinggalan” membuat orang sering membeli barang tidak sesuai kebutuhan. Akhirnya, tabungan terkuras hanya demi ikut tren.
  2. Investasi Spekulatif
    FOMO dalam investasi bisa sangat berbahaya. Contoh nyata adalah saat hype kripto atau saham tertentu, banyak orang membeli tanpa riset dan akhirnya mengalami kerugian.
  3. Stres dan Kecemasan
    Rasa selalu tertinggal menimbulkan tekanan mental, menurunkan rasa puas terhadap diri sendiri, bahkan bisa mempengaruhi hubungan sosial.
  4. Ketidakstabilan Keuangan
    Jika belanja atau investasi karena FOMO terus berulang, keuangan pribadi menjadi berantakan: utang menumpuk, dana darurat kosong, dan rencana jangka panjang gagal.

Pengertian FOMO adalah

Cara Mengatasi FOMO

Menghadapi FOMO butuh strategi konsisten. Ingat, FOMO adalah dorongan psikologis yang bisa sangat kuat, sehingga kamu perlu langkah praktis agar tidak terbawa arus tren sesaat. Berikut beberapa cara untuk mengatasi FOMO secara efektif:

1. Kenali dan Sadari Pola FOMO

Mengenali bahwa dirimu sedang terdorong oleh FOMO adalah langkah pertama. Perhatikan kapan kamu merasa ingin membeli sesuatu atau berinvestasi hanya karena orang lain melakukannya. Biasanya, dorongan itu muncul tiba-tiba tanpa perhitungan matang. Dengan menyadarinya sejak awal, kamu bisa menghentikan langkah impulsif sebelum terlambat.

2. Fokus pada Tujuan Keuangan

Buat perencanaan finansial yang jelas: mulai dari dana darurat 3-6 bulan, tabungan jangka pendek, hingga investasi jangka panjang. Ketika tujuan sudah konkret, setiap keputusan akan lebih mudah diukur manfaatnya. Kalau suatu tren tidak mendukung tujuan tersebut, berarti kamu tidak benar-benar membutuhkannya.

3. Batasi Paparan Media Sosial

Scrolling tanpa henti sering jadi pemicu utama FOMO. Kurangi waktu di media sosial atau filter akun yang hanya memamerkan pencapaian glamor. Semakin sedikit perbandingan, semakin kecil rasa takut ketinggalan. Kamu akan lebih fokus pada prioritasmu sendiri, bukan pada pencitraan orang lain.

4. Terapkan Mindful Spending

Sebelum belanja, biasakan berhenti sejenak dan tanyakan pada diri sendiri:

  • Apakah ini benar-benar aku butuhkan?
  • Apakah pembelian ini mendukung tujuan finansialku?
  • Apa yang terjadi kalau aku tidak membeli?

Jika jawabannya lebih banyak ke arah “tidak perlu”, besar kemungkinan keputusan itu lahir dari FOMO, bukan kebutuhan nyata.

5. Gunakan Alat Keuangan yang Tepat

Mengelola finansial akan lebih mudah jika kamu punya alat bantu yang mendukung. Salah satunya Skorcard. Selain membantu mencatat dan mengatur pengeluaran, Skorcard juga memberikan manfaat tambahan seperti Skorpoint yang bisa ditukar dengan reward menarik, serta KrisFlyer miles untuk tiket pesawat. Jadi, bukan hanya memudahkan kamu menjaga keuangan tetap sehat, tapi juga memberi keuntungan nyata tanpa harus terbawa arus FOMO.

Kesimpulan

FOMO adalah fenomena psikologis yang sering terjadi di era digital. Penyebabnya bisa datang dari media sosial, tekanan lingkungan, hingga rendahnya literasi finansial. Dampaknya pun nyata: boros, stres, salah investasi, hingga mengacaukan kondisi keuangan.

Namun, FOMO bukanlah sesuatu yang tak bisa dihindari. Dengan menyadari pola, menetapkan tujuan finansial, membatasi paparan media sosial, hingga menggunakan alat bantu seperti Skorcard, kamu bisa lebih tenang dalam mengelola keuangan. Ingat, tren akan selalu datang dan pergi, tapi kestabilan finansialmu jauh lebih penting.


FAQ seputar FOMO

  1. FOMO bahasa gaul apa?

FOMO adalah bahasa gaul yang berasal dari singkatan Fear of Missing Out. Artinya, rasa takut ketinggalan tren, pengalaman, atau kesempatan yang orang lain rasakan.

  1. Apa itu FOMO dan contohnya?

FOMO adalah kondisi ketika seseorang merasa cemas atau takut tertinggal sesuatu. Contohnya, ikut membeli saham atau kripto hanya karena teman-teman sedang membicarakannya, atau belanja barang diskon padahal tidak terlalu dibutuhkan.

  1. Apa itu FOMO dan YOLO?

FOMO (Fear of Missing Out) menggambarkan ketakutan tertinggal dari orang lain. Sementara YOLO (You Only Live Once) adalah gaya hidup yang mendorong seseorang melakukan hal-hal berani karena merasa hidup hanya sekali. Keduanya sering jadi alasan perilaku konsumtif atau impulsif.

  1. Mengapa orang bisa FOMO?

Orang bisa FOMO karena pengaruh media sosial, tekanan lingkungan, kurangnya literasi finansial, hingga kebutuhan akan validasi sosial. Faktor-faktor ini membuat seseorang mudah terdorong untuk mengikuti tren tanpa pertimbangan matang.

  1. Lawan FOMO apa?

Lawan dari FOMO adalah JOMO atau Joy of Missing Out. JOMO menggambarkan rasa tenang dan bahagia karena tidak merasa perlu mengikuti semua tren. Orang dengan JOMO lebih fokus pada tujuan pribadi dibanding membandingkan diri dengan orang lain.

  1. Apa itu JOMO?

JOMO adalah singkatan dari Joy of Missing Out. Istilah ini merujuk pada kepuasan dan ketenangan hati ketika memilih tidak mengikuti tren atau aktivitas tertentu, karena lebih mementingkan hal yang benar-benar penting untuk dirinya sendiri.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *