Di era digital, transaksi online sudah jadi bagian dari keseharian: belanja e-commerce, bayar tagihan lewat mobile banking, atau sekadar isi saldo e-wallet. Tapi di balik kemudahan ini, ada ancaman serius bernama phising. Jadi, apa itu phising?
Baca juga: Apa Itu Kartu Kredit Digital dan Mengapa Semakin Populer?
Apa Itu Phising?
Secara sederhana, phising adalah modus kejahatan online di mana penipu menyamar sebagai pihak resmi, seperti bank, marketplace, hingga instansi pemerintah, untuk mencuri data pribadi. Data yang dibidik biasanya berupa username, password, PIN, hingga nomor kartu kredit.
Sekilas, serangan phising terlihat meyakinkan. Emailnya pakai logo resmi, websitenya mirip dengan aslinya, bahkan nadanya terdengar profesional. Itulah kenapa banyak orang masih terjebak, meski sudah sering diingatkan. Menurut laporan dari Anti-Phishing Working Group (APWG), ada lebih dari 4 juta serangan phising yang tercatat sepanjang 2023, angka tertinggi sepanjang sejarah.

Ciri-Ciri Umum Phising
Supaya lebih mudah mengenali, ada beberapa tanda klasik yang sering muncul dalam serangan phising. Kalau kamu menemukan salah satu ciri ini, sebaiknya langsung curiga:
1. Alamat Email Mencurigakan
Penipu biasanya menggunakan alamat email yang mirip dengan institusi resmi, tapi ada sedikit perbedaan. Misalnya, dari “customercare@bnk-indonesia.com” atau “info@br1-support.net”. Sekilas terlihat benar, tapi kalau diperhatikan ada ejaan aneh seperti bnk alih-alih bank atau angka menggantikan huruf.
Tips: Selalu periksa domain pengirim. Bank resmi biasanya menggunakan domain resmi seperti @bca.co.id atau @bri.co.id, bukan domain gratisan seperti Gmail atau Yahoo.
2. Link Palsu
Phising adalah kejahatan yang sering memanfaatkan link jebakan. Biasanya tautan mengarah ke website palsu yang desainnya meniru website asli. Contoh: www.bri-login123.com atau www.security-paypal.net. Sekilas mirip, tapi ada tambahan angka/karakter yang tidak wajar.
Tips: Arahkan kursor ke link (tanpa klik) untuk melihat URL sebenarnya. Kalau berbeda dari yang ditampilkan, jangan sekali-kali buka.
3. Bahasa Mendesak atau Mengancam
Modus lain adalah dengan membangun rasa panik. Email atau SMS sering mengandung kalimat seperti:
- “Akun Anda akan diblokir dalam 24 jam.”
- “Segera lakukan verifikasi atau saldo Anda akan hilang.”
Teknik ini disebut social engineering. Tujuannya agar korban tidak berpikir panjang dan langsung klik link atau menyerahkan data.
Tips: Ingat, pihak resmi tidak akan menggunakan ancaman atau mendesak kamu dengan tenggat waktu singkat.
4. Permintaan Data Sensitif
Ini ciri paling jelas. Jika ada pesan yang meminta password, OTP, PIN, atau kode verifikasi, hampir bisa dipastikan itu phising. Pihak resmi, bank, e-wallet, marketplace, tidak pernah meminta informasi rahasia melalui email, SMS, atau telepon.
Tips: Kalau ragu, hubungi langsung customer service resmi melalui nomor yang tertera di website/aplikasi, bukan dari link di pesan.
5. Lampiran Mencurigakan
Kadang, penipu menyertakan lampiran berupa dokumen, invoice, atau file ZIP. File tersebut biasanya mengandung malware yang bisa langsung mencuri data dari perangkat kamu setelah dibuka.
Tips: Jangan pernah unduh atau buka lampiran dari pengirim yang tidak jelas, apalagi kalau ekstensinya .exe, .zip, atau .rar.

Bentuk-Bentuk Phising yang Perlu Diwaspadai
Phising tidak cuma lewat email. Bentuknya semakin beragam, seiring meningkatnya aktivitas online:
1. Email Phising
Ini bentuk paling umum. Penipu mengirim email yang tampak resmi dari bank, perusahaan e-commerce, atau instansi pemerintah. Biasanya email itu berisi link menuju situs login palsu. Begitu kamu memasukkan data login, informasi langsung dikirim ke penipu.
2. Smishing (SMS Phising)
Phising juga bisa datang lewat SMS atau pesan singkat. Pesannya biasanya berupa notifikasi menang undian, tawaran promo, atau permintaan klik link tertentu. Contohnya seperti “Selamat! Anda mendapatkan hadiah Rp100 juta dari Bank X. Klik www.bank-xpromo.net untuk klaim hadiah.”
3. Vishing (Voice Phising)
Dalam modus ini, penipu menelpon korban dengan menyamar sebagai petugas bank atau customer service. Mereka biasanya bicara dengan nada meyakinkan, lalu memancing korban memberikan informasi sensitif seperti OTP atau PIN.
4. Spear Phising
Kalau email phising biasanya massal, spear phising lebih terarah dan personal. Penipu meneliti target terlebih dahulu sehingga pesan terlihat lebih meyakinkan.
5. Website Palsu
Situs tiruan yang desainnya mirip 99% dengan website asli. Tujuannya sama: mencuri username dan password.
6. Phising di Media Sosial
Media sosial juga sering dijadikan tempat phising. Penipu membuat akun palsu menyerupai akun resmi brand, institusi, atau bahkan personal, lalu menyebarkan link berbahaya lewat iklan, pesan langsung, atau kolom komentar.
Semua bentuk ini punya pola yang sama: menyamar jadi pihak resmi, membuat korban panik, lalu memancing data sensitif.

Mengapa Phising Berbahaya?
Mungkin kamu bertanya, “Toh, kalau cuma email spam, tinggal hapus, kan?” Sayangnya, phising adalah ancaman serius dengan konsekuensi besar:
- Kehilangan uang secara langsung
Data kartu kredit bisa disalahgunakan untuk belanja online ilegal. - Identitas dicuri
Data pribadimu bisa dipakai untuk mengajukan pinjaman online tanpa sepengetahuanmu. - Akun digital diretas
Mulai dari email, media sosial, sampai akun e-commerce bisa diambil alih. - Kerugian bisnis
Jika email kantor diretas, data perusahaan bisa bocor dan reputasi ikut hancur.
Singkatnya, phising bukan sekadar spam, tapi cybercrime yang bisa menghabiskan uang, waktu, dan energi untuk memulihkan kerugian.
Baca juga: Utang Produktif vs Konsumtif: Kenali Perbedaannya!
Cara Menghindari Phising
Kabar baiknya, ada banyak langkah pencegahan agar kamu terhindar dari serangan phising:
- Cek ulang pengirim pesan. Pastikan alamat email/nomor benar-benar resmi.
- Periksa link sebelum klik. Arahkan kursor ke link untuk melihat alamat sebenarnya.
- Aktifkan verifikasi dua langkah (2FA). Bahkan jika password bocor, akunmu tetap aman.
- Gunakan password kuat dan unik. Hindari pakai tanggal lahir atau nama hewan peliharaan.
- Update aplikasi & software. Banyak serangan memanfaatkan celah keamanan lama.
- Jangan bagikan OTP atau PIN. Ingat, bank atau e-wallet tidak pernah meminta ini lewat telepon/SMS.
- Gunakan alat monitoring keuangan. Dengan catatan transaksi yang rapi, kamu bisa lebih cepat mendeteksi aktivitas mencurigakan.
Pada akhirnya, phising adalah permainan psikologis. Penipu memanfaatkan rasa panik dan buru-buru. Jadi, tetap tenang dan analisis sebelum klik atau membalas pesan.
Baca juga: 7 Aplikasi Keuangan Terbaik untuk Atur Uang Lebih Mudah
Kelola Keuangan Lebih Aman dengan Skorcard
Menghindari phising memang penting, tapi menjaga keamanan dan keteraturan keuangan juga tidak kalah krusial. Salah satu cara yang bisa kamu lakukan adalah dengan menggunakan Skorcard. Dengan Skorcard, kamu bisa lebih mudah memantau sekaligus mengatur setiap transaksi kartu kredit tanpa ribet.
Setiap transaksi menggunakan Skorcard juga memberikan Skorpoint yang bisa ditukar dengan berbagai rewards menarik, bahkan ditukarkan menjadi KrisFlyer Miles untuk tiket penerbangan, ideal buat kamu yang gemar traveling. Jadi, selain membantu mengelola keuangan lebih rapi, Skorcard juga memberi keuntungan ganda: kamu lebih siap menghadapi risiko digital seperti phising, sekaligus mendapatkan manfaat tambahan dari setiap transaksi.
Sekarang kamu sudah paham, apa itu phising bukanlah sekadar spam yang bisa dihapus. Phising adalah kejahatan digital yang bisa menguras tabungan, mencuri identitas, hingga merugikan bisnis.
Semakin cerdas kita mengenali ciri-ciri dan bentuknya, semakin kecil kemungkinan kita menjadi korban. Jadi, selalu waspada, gunakan logika sebelum klik link mencurigakan, dan pastikan keuangan tetap terkontrol dengan alat bantu yang tepat seperti Skorcard.
Dengan begitu, kamu bukan hanya selamat dari jebakan phising, tapi juga bisa menikmati transaksi finansial dengan lebih aman dan menguntungkan.
Leave a Reply