Sandwich generation adalah fenomena finansial yang menekan banyak keluarga. Pelajari penyebab, dampak, dan strategi cerdas menghadapinya di sini.
Pernah nggak sih merasa capek karena harus jadi tulang punggung buat orang tua, tapi di saat yang sama juga harus ngurus anak-anak yang belum mandiri? Kalau iya, bisa jadi kamu termasuk generasi sandwich nih.
Sebenarnya apa sih yang dimaksud sama sandwich generation? Kenapa sih banyak orang dewasa zaman sekarang kayak ‘kejepit’ di tengah-tengah dua tanggung jawab finansial yang nggak kalah berat? Yuk, kenalan lebih jauh sama istilah ini dan cari tahu juga hal-hal yang bisa kamu lakuin kalau ternyata kamu termasuk di dalamnya.
Apa itu Sandwich Generation?
Secara umum, sandwich generation adalah kelompok orang dewasa (biasanya berusia 20 hingga 50 tahun) yang menanggung beban finansial dari dua generasi sekaligus, yakni orang tua dan anak-anak mereka. Diibaratkan seperti ‘sandwich’, mereka berada di tengah-tengah tekanan dua sisi, menjalani peran ganda (atau bahkan tiga) dalam rumah tangga.
Fenomena generasi sandwich ini muncul karena semakin lazimnya masyarakat yang harus membagi waktu, tenaga, dan terutama penghasilan untuk menghidupi orang tua yang sudah tidak produktif dan anak-anak yang masih belum mandiri secara ekonomi.
Kondisi ini semakin sering ditemui, terutama di kalangan urban dan profesional yang hidup dalam sistem sosial modern, namun masih memegang kuat nilai-nilai kekeluargaan.

Mengapa Sandwich Generation Bisa Terjadi?
Ini semua tidak terlepas dari perubahan zaman, mulai dari ekonomi yang makin menantang, umur harapan hidup yang lebih panjang, sampai struktur keluarga yang ikut berubah. Berikut ulasan singkat beberapa penyebab utama lahirnya generasi sandwich:
1. Biaya Hidup yang Terus Meningkat
Harga kebutuhan pokok, pendidikan, hingga layanan kesehatan terus meningkat, sementara pendapatan kerap tidak ikut tumbuh secepat itu. Alhasil, satu orang kadang harus menghidupi seluruh anggota keluarga, bahkan tiga generasi sekaligus.
2. Minimnya Dana Pensiun Orang Tua
Banyak orang tua dari generasi sebelumnya tidak memiliki dana pensiun memadai atau proteksi finansial di hari tua. Ketika mereka pensiun, maka anak diharapkan ikut menanggung kebutuhan sehari-hari.
3. Anak-anak yang Terlambat Mandiri
Tingginya persaingan kerja serta biaya hidup yang mahal membuat banyak anak belum bisa mandiri secara finansial, meski sudah berusia dewasa. Ini memperpanjang beban tanggungan orang tua.
4. Budaya Bakti Kepada Orang Tua
Di Indonesia, membantu orang tua di masa tua adalah norma sosial yang dijunjung tinggi. Meskipun mulia, kewajiban ini bisa menjadi beban jika tidak diiringi dengan perencanaan keuangan yang matang.
5. Harapan Hidup yang Semakin Panjang
Dengan akses kesehatan lebih baik, angka hidup orang tua menjadi lebih tinggi. Ini membuat periode tanggungan menjadi lebih panjang dan penuh tantangan, terutama secara finansial.
Dampak Menjadi Bagian dari Sandwich Generation
Berada dalam posisi sebagai generasi sandwich dapat menyebabkan sejumlah tantangan keuangan dan psikologis. Dompet pun terasa seperti tali tambang yang ditarik dua arah, di satu sisi untuk orang tua, di sisi lain untuk anak-anak, Beberapa tantangan yang kerap dihadapi oleh para generasi Sandwich di antaranya adalah:
- Tergerusnya dana darurat secara terus-menerus
- Tabungan dan investasi menjadi tertunda
- Risiko utang konsumtif semakin tinggi
- Ketidakmampuan mempersiapkan dana pensiun pribadi
- Stres akibat tekanan keuangan datang dari berbagai arah
Kondisi ini tidak hanya berdampak pada keuangan, tetapi juga pada kesehatan mental dan relasi keluarga. Maka dari itu, penting untuk memiliki strategi konkret dan realistis dalam menghadapi situasi sandwich generation ini.

Strategi Cerdas Hadapi Sandwich Generation
Meskipun sandwich generation adalah realitas sangat menantang, bukan berarti kamu tidak bisa mengelolanya dengan bijak. Berikut langkah-langkah yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi tekanan serta mengatur keuangan secara lebih sehat:
1. Susun Anggaran Khusus Tiga Generasi
Langkah pertama adalah memiliki gamabaran jelas terhadap siapa saja yang menjadi tanggungan, serta kebutuhan apa saja yang harus dipenuhi setiap bulannya. Pisahkan anggaran untuk:
- Orang tua, termasuk biaya kesehatan, kebutuhan harian, hingga bantuan keuangan bulanan
- Keluarga inti, seperti cicilan rumah, transportasi, konsumsi
- Anak-anak, termasuk sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan tabungan pendidikan
Dengan pemisahan ini, kamu bisa lebih mudah melihat pos mana yang terlalu besar, mana yang bisa ditekan, dan mana yang harus diprioritaskan. Pemetaan ini juga membantu kamu berdiskusi lebih terbuka dengan pasangan maupun anggota keluarga lainnya.
2. Bangun Dana Darurat Berlapis
Memiliki dana darurat bukan lagi sekadar tips keuangan ideal untuk para sandwich generation, tapi kebutuhan mutlak. Setiap tanggungan tambahan berarti risiko finansial tambahan, baik karena kondisi medis mendadak, pendidikan anak, hingga kebutuhan mendesak orang tua.
Idealnya, siapkan dana darurat setara 6 hingga 12 bulan dari total pengeluaran tiga generasi. Jika angka ini terasa berat, mulailah dari nominal kecil namun konsisten. Sisihkan setiap bulan, bahkan jika itu hanya 5% dari penghasilanmu.
Kamu juga bisa pisahkan dana darurat ini menjadi beberapa rekening atau produk berbeda. Satu untuk kebutuhan kesehatan orang tua, satu untuk keluarga inti, dan satu lagi untuk pendidikan atau kejadian tak terduga.
3. Kurangi Utang Konsumtif
Utang tidak selalu buruk, tapi utang konsumtif, seperti cicilan barang mewah atau gaya hidup impulsif, bisa menjadi beban berkepanjangan. Evaluasi semua cicilan yang sedang kamu tanggung, dan pisahkan antara utang produktif (seperti KPR atau modal usaha) dari utang konsumtif.
Pertimbangkan ulang pembelian tidak mendesak serta evaluasi pola belanja bulanan. Gunakan kartu kredit hanya jika kamu bisa mengelolanya dengan bijak dan mendapatkan manfaat sepadan, seperti potongan harga, poin reward, atau kemudahan transaksi untuk kebutuhan keluarga.
4. Edukasi Anak untuk Mandiri Finansial
Salah satu investasi terbaik yang bisa dilakukan oleh generasi sandwich adalah membentuk anak-anak untuk memiliki literasi finansial tinggi. Saat anak lebih cepat mandiri secara finansial, bebanmu akan jauh berkurang di masa depan.
Ajarkan anak menabung sejak kecil, bedakan antara kebutuhan dan keinginan, serta biasakan mereka bertanggung jawab terhadap uang jajan atau hadiah yang mereka terima. Saat anak mulai dewasa, libatkan mereka dalam diskusi keuangan keluarga agar mereka paham kondisi riil dan tidak terlalu bergantung.
Membangun kemandirian anak bukan berarti melepas tanggung jawab, tetapi membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih siap dalam menghadapi tantangan finansial.
5. Gunakan Produk Keuangan yang Memberi Nilai Tambah
Di tengah beban ganda sebagai penanggung kebutuhan dua generasi, kamu membutuhkan alat bantu finansial yang tidak hanya fleksibel, tapi juga efisien. Produk keuangan seperti kartu kredit bisa menjadi solusi praktis, asalkan digunakan dengan cermat.
Sebagai langkah awal, kamu bisa memilih kartu kredit yang:
- Memberikan insentif dari pengeluaran harian seperti cashback atau poin reward
- Memiliki fitur dashboard transaksi untuk memantau pengeluaran keluarga tiga generasi
- Menawarkan kemudahan cicilan ringan untuk pengeluaran besar seperti biaya rumah sakit atau pendidikan
Salah satu pilihannya adalah Skorcard, kartu kredit yang dirancang untuk membantu kamu mengelola pengeluaran dengan sistematis sekaligus mendapatkan keuntungan tambahan berupa Skorpoint hingga KrisFlyer Miles. Dengan begitu, kamu tidak hanya bertahan di tengah tekanan keuangan, tapi tetap bisa menikmati manfaat untuk kurangi sedikit beban finansialmu.
Sandwich Generation Tetap Bisa Bertahan dan Berkembang
Jadi bagian dari sandwich generation itu nggak gampang, tapi bukan berarti nggak bisa dihadapi. Dengan strategi keuangan yang pas, komunikasi yang terbuka sama keluarga, dan bantuan dari produk keuangan kayak Skorcard, kamu tetap bisa tumbuh sambil jaga kualitas hidup keluarga.
Kini saatnya berhenti ngerasa ‘kejepit’ dan mulai ambil alih kendali. Karena merawat dua generasi bukan hanya tanggung jawab, tapi juga peluang untuk membentuk warisan keuangan lebih baik bagi generasi selanjutnya.
Leave a Reply